Rabu, 16 Februari 2011

PENYAKIT MENULAR SEXUAL

  1. Latar Belakang
Penyakit  Menular Seksual adalah penyakit yang menular yang paling umum.  Hampir separo dari orang Amerika yang ditulari PMS berusia dibawah umur 25 tahun. Banyak di antara remaja yang saat ini tengah menderita PMS tanpa menyadarinya.
Bebereapa jenis PMS akan merusak organ reproduksi dalam jika dibiarkan tidak diobati sekalipun tanpa menimbukan gejala seperti nyeri, gatal, atau keluarnya cairan. Walaupun menghadapi bahaya yang ditimbulkan oleh PMS, banyak orang yang merasa segan dan ragu-ragu membicarakan hal ini dengan pasangan seknya.
Akhir-akhir ini terdapat peningkatan dari kejadian PMS ditengah-tengah masyarakat. Salah satu penyebabnya adalah semakin banyaknya remaja yang melakukan kegiatan seksual, kebanyakan tanpa mengenakan pelindung. (seks dengan kondom dianggap ‘seks terlindung’). Salah satu alasan lain adalah semakin meluasnya pemakaian pil antihamil. Pil antihamil adalah suatu cara pencegahan kehamilan yang cukup terandalkan-yakni bila diminum secara teratur, hampir dapat dijamin tidak akan terjadi kehamilan.
Akan tetapi pil tersebut tidak memberi perlindungan apa-apa terhadap PMS. Salah satu alasan lain peningkatan kejadian PMS ini adalah karena penyakit seperti infeksi chlamidia, ini sering tidak menimbulkan gejala apa-apa. Orang tang sudah tertular kuman ini tanpa sadar dapat menuralkanya kepada orang lain, dan seterusnya.




  1. Rumusan Masalah
1.      Apakah macam-macam penyakit menular seksual?
2.      Bagaimana cara mengobatinya?
3.      Apa penyebab PMS?
  1. Tujuan
Mengtahui macam-macam penyakit menular seksual, mengetaui cara mengobati penyakit menular seksual, dan mengetahui penyebab penyakit menular seksual.


BAB II
KONSEP DASAR

A.    PENYEBAB TERTULARNYA PMS

1.    Seks tanpa kondom. Meskipun pemakaian kondom tidak berarti menjamin tidak terkena PMS, akan tetapi penggunaan kondom adalah salah satu cara terbaik menghindari penularan PMS saat melakukan hubungan seks.Pemakaian kondom selama berhubungan mempunyai efek mengurangi risiko transmisi.
2.    Berganti-ganti pasangan. Semakin banyak pasangan tentu miliki risiko penularan PMS makin tinggi. Para pelaku yang berganti-ganti pasangan mempunyai kecenderungan yang mungkin tidak disadari oleh mereka bahwa pasangan yang biasa mereka pilih adalah yang juga suka berganti-ganti.
3.    Mengenal seks sejak dini tanpa edukasi yang baik. Para remaja maupun dewasa muda lebih rentan terkena PMS dibandingkan yang sudah cukup umur. Hal ini karena secara biologis para perempuan muda cenderung mempunyai badan yang cenderung lebih kecil sehingga mudah terjadi robekan sewaktu melakukan intercourse. Serviks mereka pun belum berkembang dengan sempurna sehingga lebih rentan terkena chlamydia, gonorea dan PMS lainnya. Perlu diingat, para usia muda jarang menggunakan kondom dan lebih cenderung mengambil risiko dalam hal seksual, apalagi kalau mereka dalam pengaruh alkohol.
4.    Penggunaan obat-obat terlarang. Siapapun tahu penggunaan obat terlarang menyebabkan tidak stabil dalam mengambil keputusan termasuk mengenai hubungan seksual. Perlu diingat pula, penggunaan jarum suntik yang berganti-gantian meningkatkan risiko untuk terkena HIV dan Hepatitis!
5.    Melakukan seks karena kebutuhan mendapatkan uang untuk gaya hidup. Tuntutan gaya hidup yang serba canggih dan mahal tentunya membutuhkan uang banyak. Sayang sekali, banyak remaja dan dewasa muda melakukan segala cara untuk memenuhi kebutuhan mereka termasuk melakukan seks demi gaya hidup yang sebenarnya jauh di atas kemampuannya Risiko untuk penularan PMS sangatlah tinggi karena biasanya yang iseng melakukan seks dengan para remaja dan dewasa muda ini adalah orang yang suka sekali berganti-ganti pasangan.
B.     Gonore (Gonorrhea)
Gonore adalah penyakit menular seksual yang ditularkan melalui kontak seksual, biasanya hubungan intim. Gonore disebabkan oleh infeksi dari bakteri yang dinamakan Neisseria gonococci, Bakteri ini hidup pada lingkungan yang hangat dan lembab, seperti yang ditemukan pada selaput lendir saluran kencing pria dan wanita atau pada leher rahim wanita dan tidak tahan zat desinfektan.
Seorang laki-laki langsung tahu bahwa ia terserang gonore. Adanya rasa sakit pada penis dan kesulitan buang air seni merupakan masalah yang sering dilakukan. Biasanya mereka mencari bantuan medis segera setelah problem itu terjadi, yang umumnya muncul tiga sampai lima hari setelah melakukan hubungan intim dengan pasangan yang terifeksi. Gonore kadang dapat menyebabkan tetesan nanah dan rasa sakit ketika kencing yang biasanya bening dan mudah dialirkan menjadi kental.
Infeksi gonore  kadang tanpa gejala yang jelas pada perempuan. Sekitar 80% perempuan yang mengalami penyakit ini tidak menunjukan gejala yang mudah dikenali. Akan timbul rasa sakit atau kesulitan buang air seni, atau bisa juga keluarnya cairan yang luar biasa dari vagina. Hal lainnya beberapa rasa sakit pada bagian tubuh. Tempat-tempat yang paling sering terkena infeksi adalah system reproduksi-vagina, serviks, dan uterus. Infeksi juga muncul dalam tenggorokan, anus, dan uretra.
Infeksi gonore selama kehamilan telah diasosiasikan dengan Pelvic Inflammatory Disease (PID). Infeksi ini sering ditemukan pada trimester pertama sebelum korion berfusi dengan desi dua dan mengisi cavum uteri. Pada tahap lanjut neisseria gonorreboeae diasosiasikan dengan rupture membran yang premature, kehamilan premature, corioamnionitis, dan infeksi pascapersalinan.
Oleh karena itu, untuk perempuan hamil dengan risiko tinggi dianjurkan untuk dilakukan skrining terhadap infeksi gonore pada saat datang untuk pertama kali antenatal dan juga pada trimester ketiga kehamilan. Beberapa jenis obat antibiotika dapat mengobati gonore. Salah satu kesulitan utamanya adalah beberapa jenis Gonococcus menjadi imun terhadap antibotika tertentu. Kadang-kadang, penting sekali seseorang mencoba menguji kepekaanya terhadap antibiotika tertentu sebelum memulai pengobatan dengan salah satu yang cock.

C.     Chancroid
          Chancroid adalah
infeksi menular seksual yang ditandai dengan luka yang menyakitkan pada alat kelamin.. Chancroid diketahui menyebar dari satu ke individu lain melalui kontak seksual
 Hal ini disebabkan oleh bakteri yang disebut Haemophilus Ducreyi (atau H. Ducreyi). Chancroid menyebabkan bisul atau luka, biasanya dari alat kelamin.. Bengkak kelenjar getah bening yang menyakitkan di daerah selangkangan sering dikaitkan dengan chancroid. Chancroid adalah salah satu penyakit ulkus kelamin yang mungkin berhubungan dengan peningkatan risiko penularan dari human immunodeficiency virus (HIV), penyebab AIDS.
  Periodik wabah chancroid telah terjadi di Amerika Serikat, yang terakhir adalah pada akhir 1980-an. KLB ini biasanya terlihat pada populasi minoritas di pusat kota, terutama di bagian selatan dan timur negara bagian. Secara global, penyakit ini sering terjadi di sub-Sahara Afrika di antara laki-laki yang sering berhubungan dengan pelacur.
 Infeksi dimulai dengan munculnya luka terbuka yang menyakitkan pada alat kelamin, kadang-kadang disertai bengkak, nyeri kelenjar getah bening di selangkangan. Gejala ini terjadi dalam satu minggu setelah terkena. Gejala pada wanita seringkali kurang nyata dan mungkin terbatas pada nyeri buang air kecil atau buang air besar, menyakitkan hubungan seksual, perdarahan rektal, atau vagina. Chancroid lesi mungkin sulit dibedakan dari borok yang disebabkan oleh genital herpes atau sifilis. Namun ulkus pada chancroid umumnya lebih besar dan lebih menyakitkan daripada yang berkaitan dengan sifilis. Chancroid juga dapat mengakibatkan pembengkakan, kelembutan, dan radangkelenjar getah bening di selangkangan.  Gejala dari chancroid  yang tidak berkaitan dengan sifilis adalah: 
a.       borok berbagai ukuran - sampai dengan 2 inci
b.      borok yang menyakitkan
c.       dasar ulkus ditutupi bahan kuning atau abu-abu
d.      dasar ulkus berdarah dengan mudah jika tergores
e.       dasar ulkus berdarah dengan mudah jika tergores
f.       nyeri dan pendarahan pada hubungan seksual
pain and bleeding on intercourse
Pada wanita yang umum lokasi paling untuk borok adalah labia majora . "Kissing ulcers" may develop. "Borok Kissing" bisa terjadi. These are ulcers that occur on opposing surfaces of the labia. Ini adalah borok yang terjadi pada permukaan yang berlawanan labia. Other areas such as the labia minora , perineal area, and inner thighs may also be involved. daerah lain seperti labia minora , perineal area, dan paha bagian dalam juga mungkin terlibat. The most common symptoms in women are dysuria (pain with urination) and dyspareunia (pain with intercourse). Yang paling umum gejala pada wanita adalah disuria (nyeri dengan buang air kecil) dan dispareunia (nyeri hubungan seksual).
     The initial ulcer may be mistaken as a "hard" chancre , the typical sore of primary syphilis , as opposed to the "soft chancre" of chancroid. The ulkus awal mungkin keliru sebagai "keras" Luka , luka khas primer sifilis , sebagai lawan dari soft chancre "" dari chancroid.
      Approximately one third of the infected individuals will develop enlargements of the inguinal lymph nodes , the nodes located in the fold between the leg and the lower abdomen. Sekitar sepertiga dari individu yang terinfeksi akan mengembangkan pembesaran dari inguinalis kelenjar getah bening , kelenjar getah bening yang terletak di lipat antara kaki dan perut bagian bawah.
Half of those who develop swelling of the inguinal lymph nodes will progress to a point where the nodes rupture through the skin producing draining abscesses. Setengah dari mereka yang mengembangkan pembengkakan kelenjar getah bening inguinalis akan maju ke sebuah titik di mana node pecah melalui kulit memproduksi pengeringan abses. The swollen lymph nodes and abscesses are often referred to as buboes. Kelenjar getah bening yang bengkak dan abses sering disebut sebagai buboes.

D.    Sifilis
            Sifilis merupakan penyakit infeksi sistemik disebabkan oleh Trepponema pallidum yang dapat mengenai seluruh tbuh , mulai dari kulit, mukosa, jantung hingga susunan saraf pusat, dan juga dapat tanpa manifestasi lesi di tubuh. Sifilis umunya ditularkan lewat kontak seksual, namun juga dapat secara vertical pada masa kehamilan, lewat vagina atau anus, atau seks oral dengan orang yang terinfeksi. Trepponema pallidum biasanya berpindah sewaktu kontak melalui lecet yang terbuka pada penderita menuju kulit sehat yang terkelupas karena lecet atau selapu lendir dari orang lain.
            Sifilis muncul 10-90 hari setelah melakukan hubungan intim dengan seseorang yang terinfeksi, tanpa rasa sakit, luka yang terbuka (memborok) dinamakan chancre, biasanya terdapat pada batang penis  atau di dalam vagina. Luka ini mengandung syphilis spirochete. Chancre mongering selama lebih dari sebulan, sekalipun tidak diobati, akan menghilang. Namun, tanpa pengobatan syphilis spirochete tetap hidup di dalam tubuh. Satu sampi enam bulan mendatang, sifilis kedua berkembang, yang biasanya muncul sebagai ruam warna cokelat kemerah-merahan di atas tubuh, timbulny bercak-bercak  di kulit yang tidak nyeri, bercak ini terdiri dari bentol-bentol kemerahan pada kulit. Mungkin juga menjadi lendir keputih-putihan yang menempel di dalam mulut dan kerongkongan atau di dalam vagina, kerontokan rambut, dan membengkaknya kelenjar.
Lebih mudah pbagi laki-laki untuk menagtakan bahwa dirinya mengindap sifilis, karena luku-luka pada penisnya kasat mata. Seorang perempuan biasanya tidak meresakan gejala apa-apa pada tahap pertama, tetapi mungkin berkembangnya ruam pada tahap kedua serta angguan otak dan jantung apabila penyakit berkembang pesat menuju tahap ketiga. Pemeriksaan darah merupakan cara yang paling sederhana untuk mendiagnosis penyakit ini.
Wanita hamil dapat menularkan sifilis kepada anak yang dikandungnya, karena Trepponema pallidum dapat menembus membrane plasenta. Dalam hal ini kuman tersebut akan mengakibatkan keguguran, lahir mati atau sifilis kongenita. Sifilis kongenita dapat mengakibatkan kerusakan penglihatan dan pendengaran atau merusak bentuk gigi dan tulang belulang. Pemeriksaan darah rutin sewaktu kehamilan dipaki untuk mendiagnosis sifilis pada ibu agar masalah pada bayi kelak dapat dihindarkan.                                             
Sifilis dapat diobati dengan salah satu dari beberapa jenis penisilin. Apabila terdapat keraguan apakah seseorang mengindap sifilis atau tidak, tes darah dapat dilakukan untuk melakukan diagnosis.

E.     Chlamadia
            Chlamadia adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Infeksi Chlamadia biasanya berlangsung pada hubungan seks lewat vagina dan anus. Chlamydia trachomatis dapat pula mengenai mata bila mata terkena tangan yang sudah menyentuh kelamin dari orang ang terinfeksi. Chlamadia juga dapat menyerang kerongkongan, sehingga pasangan dianjurkan untuk tidak melakukan seks oral bila salah satu sudah terkena. Bayi dapat terkena infeksi Chlamadia pada matanya sewaktu melewati servix ibu yang menderita infeksi.
            Gejala-gejala infeksi Chlamadia amat mirip dengan gonore, walaupun lebih ringan. Chlamydia trachomatis dapat menyerang uretra wanita dan pria, infeksi ini biasanya diperuntukkan pada uretritis nongonococcal pada pria. Sedangkan wanita dikatakan menderita chlamidia saja. Uretrits adalah peradangan dari saluram kencing. Nongonococcal uretritis atau NGU dipakai  untuk menyebut jenis utetritis yang tidak disebkan oleh bakteri gonoccus. Banyak kuman yang mengakibatkan NGU, tetapi chlamidia trcchomatislah yang sering paling sering.
            Pria penderita NGU biasanya mengerluarkan cairan tipis keputihan dari dalam penis dengan persaan nyeri seperti terbakar sewaktu kencing. Dapat pula dirasakan berat pada buah pelir dan gatal pada skrotum. Pada wanita, infeksi chlamidia menderita nyeri waktu kencing, cairan keluar dari dalam vagina, nyeri rongga panggul, iritasi pada kemaluan dan terganggunya siklus menstruasi. Cervik dapat membngkak dan merah. Oral sek dapat menimbulkan infeksi tenggorokan pada pasangan seksnya.
            Walaupun gejala-gejala tersebut dapat timbul, biasanya satu dari tiga wanita terinfeksi yang mengalaminya. Oleh karena demikian banyaknya penderita yang tidak menunjukkan gejala apa pun, penyakit ini sering disebut penyakit ‘diam’. Orang yang menghadapinya secara tak sadar dapat menularkanya pada orang lain.
            Bila tidak diobati, maka chlamidia dapat menyebar ke organ reproduksi wanita, menimbulkan PID yang akhirnya dapat mengakibatkan kemandulan karena penyumbatan tuba fallopi.
            Pada pria, infeksi yang tak diobati akan merusak organ reproduksi seperti epididimis, yang membengkak, nyeri pada skrotum dan demam.

F.     Vaginitis
            Vaginitis adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan adanya infeksi atau peradangan vagina. Vaginitis biasanya ditandai dengan adanya cairan berbau kurang enak yang keluar dari vagina. Gejala lain adalah gatal atau iritasi dadaerah kemaluan  dan perih sewaktu kencing. Beberapa kasus vaginatis disebabkan oleh reaksi alergi atau kepekaan terhadap bahan kimia. Tetapi umunya disebabkan oleh kman yang ditularkan secara seksual atau yang tadinya menetap di dalam vagina dan menjadi ‘ganas’ karena gangguan keseimbangan da dalam vagina. Penggunaan antibiotika atau pil anti hamil, perubahan diet, pembilasan, yang berlebihan, penggunaan stocking dan pakaian dalamn dari nilon jdapat menimbulkan perubahan pada vagina yang memungkinkan kuman itu berkembang biak dengan cepat. Kebanyakan infeksi vagina yang disebabkan oleh bakteri, candida, trchomonas atau kombinasi dari ketiganya.

Mencegah infeksi vagina
            Wanita yang mengalami vaginitis dianjurkan untuk memeriksakan dirinya kepada ahli penyakit kandungan. Sekalipun demikian, anjuran-anjuran berikut perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya vaginitis:
  1. Basuhlah bagian luar kemaluan secara teratur dengan sabun ringan.
  2. Pakailah celana dalam katun (bahan nilon menyimpan panas dan kelembapan yang memungkinkan vaginiyis berkembang)
  3. Jangan memakai celana yang terlalu ketat pada selangkangnya.
  4. Jika kehidupan seks anda aktif, yakinkan bahwa pasangan anda menjaga kebersihanya. Kondom dapat mengurangi kemungkinkan terinfeksi oleh pasangan seksnya.
  5. Pakai jelly atau bahan pelumas lain yang steril dan larut air dalam kegiatan seks anda. Hindarkan pemakaian vaselin
  6. Hentikan hubungan seks yang nyeri atau mengakibatkan lecet
  7. Hindari diet yang kaya gula atau karbohidrat olahan, karena dapat mengubah pH normal vagina dan memungkinkan kuman berkembang.
  8. Wanita yang rentan terhadap infeksi vagina yang dianjurkan untuk sering membilas dengan air biasa, laritan soda, satu atau dua sendok cuka didalam seperempat liter air.


G.    Candidiasis
            Candidiasis juga dikenal dengan nama moniliasis, thrush atau infeksi yeast disebabkan oleh jamur Canidia albicans. Candidiasis biasanya menimbulkan gejala peradangan, gatal, dan perih dadaerah kemaluan. Juga terdapat keluarnya cairan vagina yang menyerupai bubur. Walaupun fungus selalu terdapat sampai taraf tertentu, biasanya tidak menimbulkan gejala selama lingkungan vagina terjaga normal.
            Candididas dapat ditularkan secara seksual antar pasangan seks, sehingg kedua pasanan harus diobati secara simultan. Cadidiasis pada pria biasanya berbentuk NGU, penis memerah atau lecet dikemaluan yang rasanya membakar dan nyeri sewaktu kencing. Candidiasis juga dapat menular secara nonseksual, bila wanita memakai handuk atau lap yang sama. Penularan juga terjadi melalui oral sek atau anal.

H.    Herpes Genitalia
            Herpes yang disebabkan oleh virus herpes simpleks (HSV) adalah sejenis penyakit yang menjangkiti mulut, kulit, dan alat kelamin. Penyakit ini menyebabkan kulit melepuh dan terasa sakit pada otot di sekitar daerah yang terjangkit. Hingga saat ini, penyakit ini masih belum dapat disembuhkan, tetapi dapat diperpendek masa kambuhnya
Herpes genitalia (HG) merupakan IMS virus yang menempati urutan kedua tersering didunia dan merupakan penyebab ulkus genital tersering di negara maju. Virus herpes simpleks tipe-2 (VHS-2) merupakan penyebab HG tersering (82%), sedangkang virus herpes simpleks tipe-1 (VHS-1) yang lebih sering dikaitkan dengan lesi mulut dan bibir, ternyata dapat pulka ditemukan pada 18% kasus herpes genitalis.
Manifestasi klinik HG sangat dipengaruhi oleh factor pejamu, pajanan VHS sebelumnya, episode terdahulu, dan tipe virus. Masa inkubasi umunya berkisar 3-7 hari, bahkan dapat lebih lama. Predileksi pada perempuan dapat ditemukan di daerah labia mayor/minor, klitoris, introitus vagina dan serviks, sedangkan yang lebih jarang da daerah perianal, bokong dan mons pubis.
Episode pertama HG dapat primer maupun non-primer. Episode episode pertama adalah episode penyakit yang terdapat pada seseorang tanpa didahului oleh pajanan/infeksi VHS-1 maupun VHS-2 sebelumnya. Sementara itu, e[isode pertama non-primer dapat ditemukan; (1) episode penyalkit yang terjadi pada seseorang  dengan riwayat  pajanan/infeksi VHS-1 atau VHS-2 sebelumnya, atau (2) reaktivasi dari infeksi genital asimptomatik, atau (3) infeksi genital pada seseorang dengan riwayat infeksi orolabialis sebelumnya.
Manifestasi klinik yang timbul bervariasi dari ringan sampai berat. Gejala biasnya diawali dengan rasa terbakar dan gatal didaerah lesi yang terjadi beberapa jam sebelum timbulnya lesi. Selain itu, dapat pula disertai gejal konstitusi seperti males, demam, dan nyeri otot. Lesi tipikal berupa vesikel berkelompok dengan dasar eritema yang mudah pecah dan menimbulkan erosi multiple. Kelenjar getah bening regional dapat membesar dan nyeri. Masa pelepasan virus pada infeksi primer terjadi lebih kurang 12 hari. Infeksi oral VHS-1 terdahulu dapat melindungi sebagian besar infeksi genital oleh VHS-1. Selain it infeksi VHS-1 terdahulu akan memberikan perlindungan parsial terhadap pajanan infeksi VHS-2, sehingga gejala klinik akibat infeksi VHS-2 menjadi lebih ringan atau subklinik.
Lesi rekuen dapat terjadi dengan gejala klinik umumnya lebih ringan, penyembuhan lebih cepat, dan masa pelepasan virus berlangsung  kurang dari 5 hari. Herpes genitalis rekuen dapat berupa fisura yang cepat hilang tanpa gejala. Rekurensi HG oleh VHS-2 lebih sering dibandingkan VHS-1. Umumnya rekurensi lebih sering tejadi pada  1 tahun pertama setelah episode pertama, sedangkan tahun-tahun berikutnya lebih jarang.
Dikenal pula keadaan subklinik/asimptomatik, yaitu keadaan tidak ditemukan gejala, tetapi pada pemeriksaan serologi didapatkan antibody terhadap VHS. Selain itu , lebih kurang 60% kasus dijumpai sebagai lesi atipik, dengan gambaran lesi tidak khas sehingga tidak diduga sebagai HG.
Transisi virus dapat terjadi melalui kontak seksual dengan pasangan yang telah terinfeksi, tetapi juga dapat secara vertical dari ibu kepada janin yang dikandunya. Sekitar 70% infeksi pada neonatus terjadi pada saat persalinan ketika bayi berkontak langsung melalui jalan lahir dengan vagina ibu yang terinfeksi. Selain itu, infeksi dapat terjadi pada saat janin masih berada didalam kandungan secara asendens dari asimptomatik. Risiko tinggi transmisi pada janin akan terjadi pada keadaan timbul lesi primer pada kehamilan, atau keadaan seronegatif dengan suami seripositif, atau pemakaian alat monitor pada kulit kepala bayi dengan ibu seropositif.
Penatalaksanaan HG pada kehamilan dapat dibedakan antara perempuan hamil dengan episode primer dan perempuan hamil dengan episode rekurens. Pengobatan dengan asikvloir harus diberikan semua perempuan yang mendertita HG episode primer dalam kehamilan. Terapi supresif dengna asikvloir pada 4 minggu terakhir pada kehamilan dapat mencegah rekurensi HG pada saat partus. Dianjurkan untuk dilakukan untuk seksio sesarea terhadap semua perempuan hamil yang datang dengan HG lesi primer pada saat menjelang kelahiran, namun tidak dianjurkan untuk perempuan yang terserang HG lsi primer pada trimester pertama ataupun kedua. 

I.       Viral Hepatitis
            Terdapat sejumlah jenis radang hati atau hepatitis. Penyebabny adalah virus yang sering ditularkan secara seksual. Jenis yang terutama adalah hepatitis A,B,C,  dan D.
            Infeksi hepatitis A biasanya bersifat sementara dan ditandai dengan gejala kuning (jaundice), yakni suatu kondisi damana kulit, urine dan bola mata menguning karena kadar pigmen empedu yang meninggi di dalam darah. Gejala lain adalah nyeri perut, lemah, mual, hilangnya nafsu makan, dan tinja yang berwarna pucat. Hepatitis B lebig parah dan lama seranganya. Hepatitis C gejalanya ringan, jarang disertai gejala kuning, tetapi dapat berlanjut menjadi penyakit hati  menahun atau kanker hati. Hepatitis D terjadi hanya bersamaan dengan hepatitis B. gejalanya mirip dengan hepatitis B tetapi lebih mengancam nyawa penderita.
            Hepatitis A dan B dapat ditularkan secara seksual, terutama melalui sek anal. Hepatitis A ditularkan terutama karena kontak dengan tinja yang terinfeksi, yang dapat mengenai air atau makanan. Transmisi seksual dari hepatitis A biasanya melalui kegiatan oral-anal sek. Transmisi seksual dari hepatis B dapat juga dapat juga lewat transfuse darah yang tercemar, jarum suntik yang dipakai bersama-sama ( biasanya pada kelompok pengguna obat terlarang), dan lewat mani, ludah, cairan mens dan lendir hidung penderita. Hepatitis C dapat juga ditularkan secara seksual. Sedangkan hepatitis D ditularkan melaluui kegiatan seksual atau kontak dengan darah yang tercemar.
            Hepatitis biasanya diagnosis melalui tes darah untuk memeriksa kelainan dan fungsi hati. Tidak terdapat obat untuk hepatitis, tetapi istirahat ditempat tidur dengan banyak minum cairan biasanya dianjurkan. Vaksin telah tersedia untuk perlindungan terhadap hepatitis B dan D, karena hepatitis D tak mungkin ada tanpa hepatitis D. tida ada vaksin terdapat hepatitis C.
J.      Trichomoniasis
Trichomoniasis adalah suatu infeksi vagina yang disebabkan oleh suatu parasit atau suatu protozoa yang disebut Trichomonas vaginalis. Gejalanya meliputi perasaan gatal dan terbakar didaerah kemaluan, disertai dengan keluarnya cairan berwarna putih seperti  busa atau juga kuning kehijauan yang berbau busuk. Sewaktu bersetubuh atau kencing sering terasa agak nyeri di vagina. Namun sekitar 5o% dari wanita yang mengindapnya tida menunjukkan gejala apa-apa
Trichomoniasis hampir semua ditularkan secara seksual. Hal ini dapat mengakibatkan NGU (radang saluran kencing) pada pria, yang tidak menunjukkan gejala atau berupa adanya sedikitcairan yang keluar dari penis biasanya pada waktu kencing pertama sekali dppagi hari. Dapat juga terasa gatal, gelid an iritasi di uretra. Karena pria dapat mengidap Trichomoniasis ini tanpa menyadarinya, mereka pun dapat menularkanya kepada pasangan-pasangan seksnya, kuman ini dapat pula ditularkan melalui kontak dengan mani yang ada pada lap, handuk atau speri.
Trichomoniasis pada wanita dan pria diobai dengan obat metronidazole (flagyl), lecuali pada tiga bulan pertama kehamilan. Karena pasangan dapat saling menularkan, maka sebaiknya diobati bersamaan.



DAFTAR PUSTAKA

Hutapea, Ronald. 1995.Aids&perkosaan. Jakarta: Rineka Cipta
Wiknjosastro, Hanifa. 2008. Ilmu Kebudanan. Jakarta: yayasan bina pustaka
Nugraha, D boyke. 2010. It’s all about sex. Jakarta: bumi aksara
           

Disability Limitation dan Rehabilitation


1.      Latar Belakang

Salah satu penyebab kecacatan adalah karena informasi upaya pola hidup sehat, pengobatan atau anjuran berolah raga atau tidak merokok dan kebiasaan buruk lainya untuk mencegah atau mengurangi resiko kematian karena suatu penyakit banyak dianjurkan pada saat yang sudah terlambat. Peranan primary care di Puskesmas atau pada dokter-dokter dan tenaga medis lainnya biasanya terlambat karena kebiasaan penduduk di negara berkembang berkunjung ke fasilitas kesehatan adalah pada saat sudah menderita sakit, bukan untuk tetap hidup sehat sejak saat yang sangat dini, misalnya dalam menyiapkan kehidupan berumah tangga, kawin, mengandung dan kemudian mempunyai anak yang pertama. Pemeliharaan ibu mengandung dengan persiapan-persiapan awal dan pemeliharaan semasa kehamilan belum menjadi bagian dari primary care yang komprehensif dan dengan magnitute yang tinggi. Akibatnya begitu mulai mengakses Puskesmas keadaan sudah lebih berat dan seseorang tidak dapat diselamatkan lagi.
Begitu pula dengan Proses pemberdayaan secara dini pada penduduk umumnya masih sangat terbatas. Padahal rehabilitasi medik bisa dimulai dari saat yang sangat dini.


2.      Rumusan Masalah

1)      Bagaimana cara-cara dalam rangka melakukan pembatasan kecacatan?
2)      Bagaimana peran  bidan dalam melakukan pendampingan  pasien dalam melakukan rujukan pada tenaga kesehatan yang lebih canggih?
3)      Apa saja cara-cara yang dapat dilakukan sebagai latihan-latihan untuk pemulihan kecacatan?
4)      Bagaimana kesenjangan sosial masyarakat pada korban kecacatan, serta bagaimana penderita kecacatan menghadapinya?
5)      Bagaimana peran bidan dalam menangani hal tersebut diatas

3.      Tujuan

1)      Untuk mengetahui apa saja cara yang dapat dilakukan dalam melakukan pembatasan kecacatan.
2)      Untuk mengetahui bagaimana peran bidan dalam melakukan pendampingan pasien dalam melakukan rujukan pada tenaga kesehatan yang lebih canggih.
3)      Untuk mengetahui apa saja cara-cara sebagai latihan untuk pemulihan kecacatan.
4)      Untuk mengetahui bentuk-bentuk kesenjangan sosial masyarakat  pada korban kecacatan,serta mengetahui bagaimana penderita kecacatan menghadapinya.
5)      Untuk mengetahui bagaimana peran bidan dalam dalam menanganinya.

 
BAB II
LANDASAN TEORI
Riwayat alamiah suatu penyakit dapat digolongkan dalam 5 tahap :
1. Pre Patogenesis
Tahap ini telah terjadi interaksi antara penjamu dengan bibit penyakit, tetapi interaksi ini terjadi di luar tubuh manusia, dalam arti bibit penyakit berada di luar tubuh manusia dan belum masuk ke dalam tubuh. Pada keadaan ini belum ditemukan adanya tanda-tanda penyakit dan daya tahan tubuh penjamu masih kuat dan dapat menolak penyakit. Keadaan ini disebut sehat.
2. Tahap inkubasi (sudah masuk Patogenesis)
Pada tahap ini biit penyakit masuk ke tubuh penjamu, tetapi gejala-gejala penyakit belum nampak. Tiap-tiap penyakit mempunyai masa inkubasi yang berbeda. Kolera 1-2 hari, yang bersifat menahun misalnya kanker paru, AIDS dll.
3. Tahap penyakit dini
Tahap ini mulai dihitung dari munculnya gejala-gejala penyakit, pada tahap ini penjamu sudah jatuh sakit tetapi masih ringan dan masih bisa melakukan aktifitas sehari-hari. Bila penyakit segera diobati, mungkin bisa sembuh, tetapi jika tidak, bisa bertambah parah. Hal ini terganting daya tahan tubuh manusia itu sendiri, seperti gizi, istirahat dan perawatan yang baik di rumah (self care).

4. Tahap penyakit lanjut
Bila penyakit penjamu bertambah parah, karena tidak diobati/tidak tertur/tidak memperhatikan anjuran-anjuran yang diberikan pada penyakit dini, maka penyakit masuk pada tahap lanjut. Penjamu terlihat tak berdaya dan tak sanggup lagi melakukan aktifitas. Tahap ini penjamu memerlukan perawatan dan pengobatan yang intensif.
5. Tahap penyakit akhir
Tahap akhir dibagi menjadi 5 keadaan :
a. Sembuh sempurna (bentuk dan fungsi tubuh penjamu kembali berfungsi seperti keadaan sebelumnya/bebeas dari penyakit)
b. Sembuh tapi cacat ; penyakit penjamu berakhir/bebas dari penyakit, tapi kesembuhannya tak sempurna, karena terjadi cacat (fisik, mental maupun sosial) dan sangat tergantung dari serangan penyakit terhadap organ-organ tubuh penjamu.
c. Karier : pada karier perjalanan penyakit seolah terhenti, karena gejala penyakit tak tampak lagi, tetapi dalam tubuh penjamu masih terdapat bibit penyakit, yang pada suatu saat bila daya tahan tubuh penjamu menurun akan dapat kembuh kembali. Keadaan ini tak hanya membahayakan penjamu sendiri, tapi dapat berbahaya terhadap orang lain/masyarakat, karena dapat menjadi sumber penularan penyakit (human reservoir)
d. Kronis ; pada tahap ini perjalanan penyakit tampak terhenti, tapi gejala-gejala penyakit tidak berubah. Dengan kata lain tidak bertambah berat maupun ringan. Keadaan ini penjamu masih tetap berada dalam keadaan sakit.
e. Meninggal ; Apabila keadaan penyakit bertambah parah dan tak dapat diobati lagi, sehingga berhentinya perjalanan penyakit karena penjamu meninggal dunia. Keadaan ini bukanlah keadaan yang diinginkan.
BAB III
PEMBAHASAN

        I.            Disability Limitation
Disability Limitation atau pembatasan kecacatan dan berusaha untuk menghilangkan gangguan kemampuan berfikir dan bekerja yang diakibatkan suatu masalah kesehatan dan penyakit. Usaha ini merupakan lanjutan dari usah early diagnosis and promotif treatment yaitu dengan pengobatan dan perawatan yang sempurna agar penderita sembuh kembali dan tidak cacat ( tidak terjadi komplikasi ). Bila sudah terjadi kecacatan maka dicegah agar kecacatan tersebut tidak bertambah berat dan fungsi dari alat tubuh yang cacat ini dipertahankan semaksimal mungkin.

Berbagai cara dalam melakukan Disability Limitation atau pembatasan kecacatan diantaranya adalah:
Pembatasan kecacatan (dissability limitation)
a)      Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan.
b)      Pengadaan dan peningkatan fasilitas kesehatan dengan melakukan pemerikasaan lanjut yang lebih akurat seperti pemeriksaan laboratorium dan pemerikasaan penunjang lainnya agar penderita dapat sembuh dengan baik dan sempurna tanpa ada komplikasi lanjut. Serta sejak dini semua kekuatan pembangunan harus dilibatkan dalam upaya mengembangkan pola hidup sehat sejahtera, disamping harus ada penanganan yang sangat profesional pada mereka yang terkena suatu penyakit, strategi yang dikembangkan di Indonesia, terutama karena masyarakat yang awam dan sangat rendah kesadarannya dalam bidang kesehatan, harus secara jelas dan tegas bersifat komprehensif. Untuk mengembangkan strategi dengan target-target yang jelas dan terarah perlu dilakukan penelitian epidemiologi suatu penyakit yang benar dan tepat.

c)      Penyempurnaan pengobatan agar tidak terjadi komplikasi
Masyarakat diharapkan mendapatkan pengobatan yang tepat dan benar oleh tenaga kesehatan agar penyakit yang dideritanya tidak mengalami komplikasi. Selain itu untuk mencegah terjadinya komplikasi maka penderita yang dalam tahap pemulihan, dianjurkan untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan secara rutin untuk melakukan pemeriksaan rutin agar penderita sembuh secara sempurna.
Peran(upaya) bidan dalam pembatasan kecacatan:
a)      Memberikan pelayanan kesehatan secara profesional dan sesuai dengan wewenang bidan,denngan memenuhi semua hak-hak pasien.
b)      Melakukan pendampingan pada pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan secara sempurna,baik dalam hal yang masih wewenang bidan ataupun dalam melakukan rujukan ketempat-tempat pelayanan kesehatan yang lebih canggih(rumah sakit yang mampu mengatasi penyakit pasien secara tuntas dan sempurna).
c)      Memberikan pendidikan kesehatan untuk masyarakat sejak dini(preventive).


Contoh pembatasan kecacatan:
Dewasa ini serangan otak stroke, atau stroke, merupakan penyebab kematian nomor tiga di dunia, bahkan di banyak rumah sakit dunia stroke merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Tetapi banyak ahli kesehatan dunia yakin bahwa serangan otak stroke adalah penyebab kecacatan nomor satu di dunia. Dengan kecacatan yang berkepanjangan dan kemungkinan terkena serangan stroke ulang yang cukup tinggi, bisa sampai 25 persen, maka pemeliharaan insan pasca stroke, atau seseorang yang pernah terkena stroke, menjadi sangat mahal dan melelahkan.
Para ahli yang berkumpul minggu lalu yakin dan sependapat bahwa serangan otak stroke yang ganas dan berbahaya itu dapat dicegah, dapat ditunda, atau dapat dikurangi resiko fatal, atau resiko kecatatannya sampai tingkat yang minimal.
    II.             
Rehabilitatif
            Tindakan ini dilakukan pada seseorang yang proses penyakitnya telah berhenti. Tujuannya adalah untuk berusaha mengembalikan penderita kepada keadaan semula (pemulihan kesehatan) atau paling tidak berusaha mengembalikan penderita pada keadaan yang dipandang sesuai dan mampu melangsungkan fungsi kehidupannya.
Tujuan rehabilitasi adalah:
1)      agar dapat bersosialisasi seperti lazimnya atau sebelum cacat individu  lain yang tidak cacat.
2)      agar penderita dapat merawat dirinya sendiri sesuai dengan usianya
3)      agarpenderita cacat dapat mempertahankan diri

4)       Mengembangkan lembaga-lembaga rehabilitasi dengan mengikutsertakan masyarakat.
5)       Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali dengan memberikan dukungan moral setidaknya bagi yang bersangkutan untuk bertahan.
6)       Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga setiap penderita yang telah cacat mampu mempertahankan diri.
7)       Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan seseorang setelah ia sembuh dari suatu penyakit.
Rehabilitasi ini terdiri atas:
1.      Rehabilitasi fisik
Yaitu agar bekas penderita memperoleh perbaikan fisik semaksimal-maksimalnya. Misalnya, seorang yang karena kecelakaan, patah kakinya, perlu mendapatkan rehabilitasi dari kaki yang patah ini yaitu dengan mempergunakan kaki buatan yang fungsinya sama dengan kaki yang sesungguhnya.
2.      Rehabilitasi mental
Yaitu agar bekas penderita dapat menyesuikan diri dalan hubungan perorangan dan social secara memuaskan. Seringkali dengna bersamaan dengan terjadinya cacat badaniah muncul pula kelainan-kelaianan atau gangguan mental. Untuk hal ini bekas penderita perlu mendapatkan bimbingan kejiwaan sebelum kembali ke dalam masyarakat.

3.      Rehabilitasi social vokasional
Yaitu agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan/jabatan dalam masyarakat dengan kapasitas kerja yang semaksimal-maksimalny sesuai dengan kemampuan dan ketidakmampuannya.

4.      Rehabilitasi aesthetis
Usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan untuk mengembalikan rasa keindahan, walaupun kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya itu sendiri tidak dapat dikembalikan misalnya: penggunaan mata palsu.
Bentuk-bentuk rehabilitasi lainnya:
  1. Rehabilitasi Medik
Dalam bidang Rehabllitasi Medik ada beberapa pelayanan yang dibutuhkan

1. Fisioterapi :
relaksasi, terapi manipulasi, latihan keseimbangan, latihan koordinasi, latihan mobilisasi, latihan ambulasi dan latihan Bobath dengan teknik inhibisi, fasilitasi dan stimulasi latihan dapat diberikan ditempat tidur, di gymnasium, di kolam renang.


2. Terapi Okupasi :
1)      latihan diberikan dalam bentuk aktifitas permainan, permainan yang memerlukan keberanian.
2)      Aktifitas kehidupan sehari-hari : berpakaian, makan minum, penggunaan alat perkakas rumah tangga.
3)      Seni dan ketrampilan

3. Terapi Wicara :
Pada pasien dengan gangguan komunikasi/bicara dengan latihan dalam bahasa pasif : anggota tubuh, benda-benda di dalam/diluar rumah dan disekolah dan dalam bahasa konsonan, suku kata, kata, kalimat. dengan pengucapan huruf hidup/voval,


4. Terapi Musik :
tujuannya menumbuhkembangkan potensi-potensi pada anak yang berkelainan baik fisik, mental intelektual maupun sosial emosional sehingga mereka akan berkembang menjadi percaya diri sendiri. Pelayanan tersebut dengan cara melatih : ritme, nada dan irama, interfal, tarian, drama, cerita, senam, pengenalan alat musik, pengenalan lagu, latihan baca sajak/puisi.

5. Psikolog :
merupakan suatu penyembuhan yang berkaitan dengan kejiwaan pasien,sehinnga dapat mengetahui seberapa besar tingkat kesadaran dalam minat kesembuhanya sertaseberapa besar tingkat kekecewaan yang pasien rasakan atas kecacatannya.

6. Sosial Medik :
memberikan pelayanan mencari data keluarga, sosial, ekonomi, pendidikan, lingkungan tempat tinggal, dsb. Yang dapat bermanfaat bagi para dokter dan terapis dalam menyusun program rehabilitasi. Selain itu pelayanan yang berhubungan dengan Yayasan-yayasan sosial lainnya, Kantor Departemen sosial, Rumah sakit, Sekolah, sehingga dapat terjalin hubungan erat dengan berbagai instansi yang sangat penting untuk keberhasilan program rehabilitasi .

7. Ortotik Prostetik :
memberikan pelayanan pembuatan alat-alat bantu; misal brace, tongkat ketiak, kaki tiruan, kursi roda.

8. Bina Mandiri :
lingkup pelayanan meliputi :
a.       Kemandirian yang sesuai dengan aktifitas perawatan diri sendiri, aktifitas dimeja makan, aktifitas rumah tangga, aktifitas dikamar tidur, pengenalan alat pertukangan dan kegunaannya, penggunaan alat bantu, kegiatan berjalan.
b.      Komunikasi
c.       Sosialisasi
Contoh rehabilitasi:
a.       Terapi psikologis pada pasien pasca kanker rahim agar kepercayaan dirinya kembali seperti semula.
b.      Memberikan pendidikan pada masyarakat agar mau menerima dan memberikan pertolongan pada ibu hamil dengan HIV/AIDS.
c.       Latihan fisik, bagi yang mengalami gangguan fisik seperti, penderita kusta, patah tulang, kelainan bawaan.
d.      Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu, misalnya, TBC: latihan napas dan batuk. Penderita stroke melalui fisioterapi manual yang mungkin dilakukan oleh perawat
e.       Rehabilitasi untuk insan pasca stroke dan keluarganya bisa mengarah pada dukunan care giver dalam lingkungan keluarga atau sekaligus membangun jaringan care giver berbasis masyarakat. Care giver berbasis masyarakat bisa untuk insan pasca stroke atau juga untuk penduduk dalam rangka pola hidup sehat dan sejahtera. Care giver semacam inilah kunci dari jejaring yang kalau kita kembangkan secara luas bisa menjadi ujung tombak pembangunan berbasis masyarakat yang kuat dan bermutu.

Peran bidan dalam rehabilitasi:
1)      Mengembangkan lembaga-lembaga rehabilitasi dengan mengikutsertakan masyarakat.
2)       Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali dengan memberikan dukungan moral setidaknya bagi yang bersangkutan untuk bertahan.
3)       Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga setiap penderita yang telah cacat mampu mempertahankan diri.
4)       Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan seseorang setelah ia sembuh dari suatu penyakit.
5)      Memberikan konseling pada penderita kecacatan agar tetap bersemangat dalam memulihkan kesehatan.
6)      Memberikan keyakinan dalam kesembuhan,serta menumbuhkan kepercayaan diri untuk bersosialisasi dengan masyarakat Memberi penyuluhan kepada masyarakat agar dapat menerima pasien sama seperti individu normal lainnya.
7)      Memberikan pendidikan kesehatan agar hal yang lebih buruk tidak terjadi pada kesehatan pasien .



BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Upaya pembatasan kecacatan bertujuan untuk membatasi kecacatan denngan memberikan pendidikan pada masyarakat untuk mengobatkan seluruh penyakitnya secara tuntas,serta menuntut tenaga kesehatan agar melakukan tugasnya secara professional dan sempurna sehingga mencapai tingkat kepuasan pasien semaksimal mungkin.
            Upaya rehabilitative dilakukan pada seseorang yang proses penyakitnya telah berhenti. Tujuannya ialah untuk berusaha mengembalikan penderita kepada keadaan semula (pemulihan kesehatan) atau paling tidak berusaha mengembalikan penderita pada keadaan yang dipandang sesuai dan mampu melangsungkan fungsi kehidupannya.

Saran
1)      Untuk semua tenaga kesehatan agar memperhatikan hak-hak yang seharusnya didapatkan pasien
2)      Untuk bidan agar senantiasa memberikan pendidikan kesehatan sejak dini agar tidak timbul hal-hal buruk yang tidak diinginkan pasien(kecacatan)






Daftar pustaka:
Effendy, Nasrul. Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat, edisi 2. Jakarta : EGC, 1998.
Chandra, Budiman. Pengantar Prinsip dan Metode Epidemiologi. Jakarta ; EGC, 1996.